Sabtu, 19 Juli 2014

Apa kamu punya PRIORITAS?

Khususnya untuk kamu yang merasa sudah bertanggung jawab pada diri sendiri. Segala tindakan yang mestinya berasal dari nalarmu yang telah mandiri. Apa kamu sudah punya PRIORITAS-mu?

Sering kali kita tidak sadar telah melakukan sesuatu yang bukan pada tempatnya.

Kita, yang sudah dewasa, harusnya bisa menentukan prioritas. Mana yang lebih penting, mana yang tidak terlalu penting. Mana yang premier, mana yang sekunder. Mana yang harusnya didahulukan, mana yang normalnya dibelakangkan.



Tanpa sadar pun kita sering salah: mengutamakan orang(-orang) yang tak semestinya bukan jadi yang utama; mengesampingkan orang(-orang) yang seharusnya tidak layak dikesampingkan.


Tanpa sadar kita sering terlalu memikirkan orang(-orang) luar dibandingkan orang-orang yang sudah berdiri di hidup kita sejak lama.


Paling sederhana dan mudah ditemui adalah anak yang mementingkan teman-temannya dibandingkan orang tua. Anak yang takut dimusuhi teman-temannya tapi tidak takut dimusuhi Ibunya sendiri.


Seorang suami yang lupa pada isteri di rumah demi mengedepankan hanging out bersama rekan-rekan kerjanya.


Kekasih yang lebih mementingkan pendapat orang lain dibandingkan pacar sendiri yang menerima apa adanya.


Dan seorang sahabat yang menjunjung sahabat barunya dengan tanpa sadar melukai sahabat lamanya yang ditinggalkan.


Ketika apa yang kamu prioritaskan mengecewakanmu, akankah kamu menyesal dan melihat mereka yang berada di sisimu namun kau memunggungi mereka hanya untuk dipunggungi pula oleh orang lain?


Mengapa mengejar layangan putus yang tak tentu arahnya kalau kamu sendiri telah memiliki layangan yang tak kalah bagusnya? Meski layangan putus di langit itu nampak lebih bagus, apa kamu begitu percaya diri bahwa ketika layangan tersebut sampai di tangan mu kamu tak kan melihat robekan atau patahan kerangkanya? Akankah kamu menyesal?


Mengapa harus marah pada semuanya padahal kemarahanmu tak memperbaiki keadaan?


Mengapa kamu begitu takut kehilangan jas hujan yang baru kamu beli di luar, ketika kamu sendiri bisa mendekam di rumah dengan selimut nyaman mu? Jika, disuruh memilih: antara tinggal di luar dengan jas hujan dan segudang kesenangan bersama air langit serta resiko kamu akan sakit; atau bergulat dengan selimut tebal yang hangat sembari mimun teh menyaksikan indahnya hujan dari jendela rumah; kamu pilih yang mana?


Mengapa kamu begitu membenci matahari yang memberimu kehidupan serta HADIR SETIAP HARI; dan sangat mencintai hujan yang datang menyapamu jikalau ada waktu?


Kadang, yang paling dewasa pun tak mampu menentukan prioritasnya. Kebanyakan dari mereka mengidap kebutaan: buta harta, buta status sosial, buta drajat, buta harga diri. Hingga menyebabkan lupa diri. Lupa daratan. Lupa rumah. Lupa seseorang atau keluarga yang menjadi tempatnya untuk berpulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar