Sabtu, 19 Juli 2014

Akulah rumput LIAR



Akulah rumput liar. Kau injak aku sekarang, aku hanya akan layu tuk hari ini dan akan kembali segar esok pagi.


Akulah rumput liar. Kau regas ragaku saat ini, jiwaku masih bebas bersemi di kemudian hari.



Akulah rumput liar. Kau bunuh aku di sini, aku dapat tumbuh bebas di tempat lain.


Akulah rumput liar. Kau tak kan bisa mengontrol di mana aku akan tumbuh. Aku merdeka untuk diriku.


Akulah rumput liar. Hijau dan bukan bunga yang cantik, tak berterbangan seperti kupu-kupu yang menarik.


Namun akulah rumput liar, yang akan mengisi pekarangan rumahmu dari kekosongan; menyemukan sampah-sampah yang sering kau lempar padaku, menjadi tempat buangan.


Dan akulah rumput liar, yang menyapa kaki-kaki telanjangmu dengan bersahabat dan menopang punggungmu saat jatuh karena tak lagi kuat.


Berhati-hatilah karena aku rumput liar. Kadang kusemukan duri bahkan remukan kaca, atau benda tajam lainnya di antara diriku yang tak kan pernah bisa lama untuk kaubaca!


Karena aku rumput liar. Aku kan terus di situ, sampai kau mengusirku.


Sebab aku rumput liar. Aku kan tertawa menjadi musuh, tetap hidup selagi kau mengomentari rupaku yang lusuh.


Akulah rumput liar, beragam, bersahabat, menyebalkan, tak tahu diri dan sedikit berbahaya.


Akulah rumput liar.


Aku yang seperti apa dan yang bagaimana, bisa kau cari dari dalam dirimu.


Akhirnya, akulah rumput liar, yang mati dan tak kan kembali


Saat kau gantikan tanah dengan aspal yang tak beranah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar